Masih minimnya sarana penunjang, fungsi Dermaga di Pelabuhan Penyeberangan Dermaga Kaliadem, Pluit, Penjaringan, Jakarta Utara, belum optimal digunakan warga Kepulauan Seribu.
"Warga kesulitan transportasi darat bila harus mendarat di Kali Adem," ujar Asyuro, warga Pulau Kelapa, Kepulauan Seribu, kepada Tempo, Kamis, 1 November 2012.
Menurut dia, sejak diresmikan awal tahun ini, banyak fasilitas Dermaga belum dilengkapi, seperti mesjid, pertokoan, penginapan, hingga transportasi darat dari Kali Adem ke Dermaga Muara Angke. "Yang ada cuma becak dan ojek. Itu mahal," kata dia.
Dengan kondisi seperti itu, Asyuro menambahkan, tak mengherankan pelayaran warga dan pengangkutan trasportasi logistik lebih banyak diarahkan ke Muara Angke daripada ke Kaliadem. "Kondisi itu lebih sulit lagi kalau pelayaran petang hari, harga transportasi daratnya lebih mahal," ujar dia.
Bupati Kepulauan Seribu Achmad Ludfi mengakui kondisi Dermaga Muara Angke sudah cukup padat dengan kapal barang. Namun akibat minimnya sarana pendukung Kaliadem, banyak warga atau nelayan penduduk menepikan kapalnya ke Muara Angke. "Mungkin ke depannya, pemerintah bisa menata Kaliadem lebih baik," kata Achmad.
Hingga kini dari dua kapal besar lumba-lumba dan jenis kerapu (speed boat) yang diperuntukan bagi transportasi penduduk Kepulauan Seribu, baru satu kali jadwal pelayaran rutin yang dilayani, akibatnya tak sedikit banyak warga terganggu palayarannya. "Kalaupun ada penumpang lebih mesti sewa sendiri," ujar dia.
Ia berharap, selain perbaikan sarana penunjang, pemerintah mampu menambah armada kapal pengangkutan dengan kapasitas lebih besar. "Sebenarnya pihak Dinas (Perhubungan) sudah berencana menambah, namun hingga kini belum ada," kata dia.
Sumber : Tempo.co
"Warga kesulitan transportasi darat bila harus mendarat di Kali Adem," ujar Asyuro, warga Pulau Kelapa, Kepulauan Seribu, kepada Tempo, Kamis, 1 November 2012.
Menurut dia, sejak diresmikan awal tahun ini, banyak fasilitas Dermaga belum dilengkapi, seperti mesjid, pertokoan, penginapan, hingga transportasi darat dari Kali Adem ke Dermaga Muara Angke. "Yang ada cuma becak dan ojek. Itu mahal," kata dia.
Dengan kondisi seperti itu, Asyuro menambahkan, tak mengherankan pelayaran warga dan pengangkutan trasportasi logistik lebih banyak diarahkan ke Muara Angke daripada ke Kaliadem. "Kondisi itu lebih sulit lagi kalau pelayaran petang hari, harga transportasi daratnya lebih mahal," ujar dia.
Bupati Kepulauan Seribu Achmad Ludfi mengakui kondisi Dermaga Muara Angke sudah cukup padat dengan kapal barang. Namun akibat minimnya sarana pendukung Kaliadem, banyak warga atau nelayan penduduk menepikan kapalnya ke Muara Angke. "Mungkin ke depannya, pemerintah bisa menata Kaliadem lebih baik," kata Achmad.
Hingga kini dari dua kapal besar lumba-lumba dan jenis kerapu (speed boat) yang diperuntukan bagi transportasi penduduk Kepulauan Seribu, baru satu kali jadwal pelayaran rutin yang dilayani, akibatnya tak sedikit banyak warga terganggu palayarannya. "Kalaupun ada penumpang lebih mesti sewa sendiri," ujar dia.
Ia berharap, selain perbaikan sarana penunjang, pemerintah mampu menambah armada kapal pengangkutan dengan kapasitas lebih besar. "Sebenarnya pihak Dinas (Perhubungan) sudah berencana menambah, namun hingga kini belum ada," kata dia.
Sumber : Tempo.co
Tidak ada komentar:
Posting Komentar